Saturday, May 7, 2016

PINDAHNYA KONG KOAN KE TAY KAK SIE

PINDAHNYA KONG KOAN KE TAY KAK SIE
Di masa lalu, masyarakat Tionghoa dikota Semarang sangat mementingkan letak bangunan. Tak heran, untuk mendirikan sebuah bangunan, mereka sangat memperhatikan kondisi lingkungan sekitar. Atas dasar keyakinan tersebut sekitar tahun 1771, masyarakat Tionghoa yang berasal dari golongan atas, berkeinginan untuk memindahkan Klenteng Kwan Im Ting di  dekat Bale Kambang atau sekarang yanga disebut Gang Blumbang ke tempat baru yang lebih baik.
Namun, pada awalnya keinginan tersebut tidak berjalan dengan mulus. Namun, setelah dilakukan perundingan beberapa kali, akhirnya diputuskan untuk memindahkan klenteng tersebut ditepi Kali Semarang yang oleh masyarakat Tionghoa disebut Kang Kie. Belakangan hari, daerah klenteng tersebut dipindahkan dan disebut Gang Lombok. Dituliskan oleh Liem Thian Joe dalam bukunya Riwayat Semarang yang telah diterbitkan oleh Hasta Wahana (2004), pembangunan Klenteng tersebut menghabiskan dana yang sangat besar. Para pekerjanya-pun didatangkan langsung dari Tiongkok.
Pembangunan klenteng tersebut dapat diselesaikan dalam waktu satu tahun. Oleh masyarakat Tionghoa, klenteng tersebut dinamakan Tay Kak Sie. Pada saat memindahkan patung-patung dari Klenteng Kwam Im Ting menuju klenteng baru dan kemudian diadakan suatu perayaan yang meriah. Pada tahun 1845, Klenteng Tay Kak Sie mengalami renovasi pertama.
Dengan pertimbangan untuk lebih mendekatkan lokasi gedung Kong Koan dengan warga, maka pada tahun 1837, Majoor Titulair Tan Hong Yan mengajukan permohonan kepada Pemerintah Hindia Belanda yang berkuasa saat itu untuk diizinkan memakai sebidang tanah di sebelah Klenteng Tay Kak Sie, yang waktu itu masih berupa kebun lombok. Kebetulan lokasi lahan itu cukup dekat dengan pemukiman warga China. Rupanya permohonan Majoor Titulair Tan Hong Yan itu dikabulkan oleh pemerintah. Maka, di lahan kebun lombok itupun didirikan bangunan untuk gedung Kong Koan. Dan setelah gedung itu berdiri, Majoor Titulair Tan Hong Yan kemudian memberi nama Tjie Lam Tjay. Kata Tjie Lam Tjay sendiri berasal dari kata Tji = jari penunjuk, Lam = selatan digabung menjadi satu berarti kompas dan Tjay = rumah, bangunan. Berdasarkan nama Tjie Lam Tjai kegiatan yang dilakukan yaitu bertujuan dalam sosial. Tjie Lam Tjay bisa dikategorikan sebagai information center (pusat informasi).
Sejak itu, Tjie Lam Tjay juga berkewajiban memelihara klenteng, memberikan bantuan kepada orang Tionghoa yang meninggal dalam keadaan miskin dan terlantar, serta mengurus makam Tionghoa. Lambat laun, pendatang China yang terlibat dalam Tjie Lam Tjay pun semakin banyak. Karena itu, oleh tuan Gan Kang Sioe, Tjie Lam Tjay diajukan permohonan menjadi Veereniging atau semacam perhimpunan/perkumpulan kepada pemerintah Hindia Belanda. Permohonan itu dikabulkan, dan Tjie Lam Tjay mendapat Hak Rechtspersoon.
Pada tanggal 7 Pebruari 1931, Resident di Semarang telah menyatakan sesuai dengan keputusan pemerintah bahwa Chineese Raad atau yang orang Tionghoa disebut Kong Koan akan dihapus. Dengan terhapusnya Kong Koan, maka sistem perkantoran Kong Koan-pun ikut berubah. Dan kemudian nama dari Kong Koan berubah menjadi Tjie Lam Tjay. Secara otomatis, tugas-tugas dari Kong Koan beralih ke Tjie Lam Tjay.
BERDIRINYA KONG TIK SOE
Kong Tik Soe adalah sebuah tempat atau rumah penitipan abu bagi orang-orang Tionghoa yang telah meninggal. Kata Kong Tik Soe memiliki arti dan maksud tujuan di bidang sosial. Kong= umum, Tik= budi, kebajikan, dan Soe=leluhur. Jadi, maksud dari kata Kong Tik Soe sama dengan kalimat yang telah diuraikan diatas, yaitu bergerak dibidang sosial.
Menurut sumber yang telah ada, Kong Tik Soe berdiri pada tahun 1845 atas kerja sama antara Khouw Giok Soen, Tan Hong Yan, dan Be Ing Tjioe. Mereka telah berdiskusi dalam perombakan Kong Koan lama menjadi sebuah tempat atau gedung baru yang dapat berguna bagi orang yang membutuhkan. Menurut orang-orang Tionghoa, Khouw Giok Soen merupakan saudagar yang terkenal pada masa itu di Gang Warung. Jadi, dari ketiga orang tersebut Majoor Titulair Tan Hong Yan, Tuan Khouw Giok Soen dan Majoor Bhe Ing Sioe adalah orang-orang penting yang memprakarsai pembangunan gedung Kong Tik Soe di sekitar Tay Kak Sie.
Bersamaan dengan berdirinya Kong Tik Soe, klenteng Tay Kak Sie-pun juga direnovasi. Renovasi Tay Kak Sie yang pertama yaitu pada akhir tahun 1845 yang beberapa kemudian jabatan dari Tuan Be Biauw Tjoan naik menjadi seorang Luitenant. Maksud didirikannya Kong Tik Soe dinyatakan kedalam sebuah prasasti yang terpahat pada sebuah batu yang dipasang disebelah kanan, yang memperjelas kegunaan dari Kong Tik Soe.
Setelah perbaikan klenteng tersebut, kemudian didirikanlah Gedung Kong Tik Soe agar selamanya dapat memberikan kebajikan pada seluruh rakyat. Bagian tengah pada tempat tersebut digunakan untuk sembahyang bagi keluarga kaya. Pada bagian pinggir digunakan untuk orang yang tidak memiliki ahli waris. Berdirinya gedung tersebut juga memiliki tujuan dalam memberi pertolongan para pejalan yang sengsara baik laki-laki maupun perempuan, tua atau muda, dan anak-anak yatim piatu yang tak berpendidikan dan tak mampu bersekolah. Semua harus mendapat perlakuan yang sama dalam mendapat kasih. Di tempat itu juga didirikan sekolah guna memberikan pendidikan bagi anak-anak.
Dengan berdirinya Tay Kak Sie dan Kong Tik Soe yaitu memberi tahu pada orang-orang dikemudian hari supaya dilestarikan dan mengharapkan sepenuh hati pada orang-orang kaya waktu itu, agar bersedia membantu untuk hal yang bertujuan mulia tersebut.
Gedung Kong Tik Soe dibagi menjadi beberapa ruangan. Ruangan yang berada disebelah barat digunakan untuk Kon Koan, tetapi pada waktu itu belum terjadi adanya suatu kesatuan atau badan yang sah karena Kong Koan baru diakui oleh pemerintah sekitar tahun 1885. Sementara bagian tengah, dipakai sebagai tempat sien-Tji atau tempat pemujaan leluhur, seperti yang telah dikemukakan pada sebuah prasasti. Orang yang yang ingin mengirim sien-tji dari sanak keluarganya yang telah meninggal dikenakan biaya perawatan sien-tji sekitar ƒ1000 untuk meja yang ditengah dan ƒ400 untuk peletakan sien-tji sebelah kanan atau kiri. Harga tersebut  dipasang tanpa pandang bulu dari kalangan mana mereka yang ingin menitipkan sien-tji.
Kemudian pada Majoor Be Biauw Tjoan, Kong Tik Soe membuat satu keputusan yang menghapus harga penitipan sien-tjie. Hal tersebut dipertimbangkan lagi dengan tujuan berdirinya Kong Tik Soe di bidang sosial. Kong Tik Soe juga terbuka untuk semua kaum yang ingin menitipkan sien-tji-nya.
Berdirinya Kong Tik Soe ternyata ada kaitannya dengan berdirinya Tji Lam Tjay dan Kong Koan. Mengapa demikian? Karena kantor Tji Lam Tjay dan Kong Koan berada didalamnya. Gedung bagian sebelah kanan Kong Tik Soe digunakan sebagai kantor Tji Lam Tjay. Sedangkan yang sebelah kiri ialah Kong Koan.
TERBENTUKNYA YAYASAN TJI LAM TJAY
Seperti yang telah disinggung sedikit diatas, Tji Lam Tjay telah berdiri sekitar pada tahun 1837 atas pengajuan permohonan Kapitein Tan Hong Yan yang berubah gelar menjadi Majoor Titulair karena jasa-jasanya terhadap kemajuan orang Tionghoa. Beliau mengajukan sebidang tanah yang berada disamping Tay Kak Sie, yang pada waktu itu masih berupa kebun lombok untuk didirikan sebuah yang berfungsi sebagai tempat atau wadah dalam melakukan berbagai tugas dari Kong Koan. Asal tempatnya yang berawal hanya kebun lombok, maka tempat tersebut terkenal dengan sebutan Gang Lombok. Dan klenteng yang berada didekatnya pun disebut dengan Klenteng Gang Lombok. Menurut Tuan Tan Hong Yan, dengan berdirinya sebuah kantor yang terletak berada di jalan tersebut, itu merupakan hal yang baik. Kenapa? Karena banyak orang Tionghoa yang mendirikan kampung dan menetap disana.
Karena letaknya yang dekat dengan kampung orang Tionghoa, maka kantor tersebut dijadikan sebuah tempat dimana orang Tionghoa dapat mencari petunjuk disana. Oleh tempat itu yang hanya berupa sebuah Kong Koan, lambat laun oleh Tuan Tan Hong Yan di ubah menjadi Tji Lam Tjay, yang berarti sebuah kantor penunjuk. Sebab, disini orang-orang dapat meminta petunjuk yang sesuai dengan permasalahan mereka masing-masing. Karena para petugasnya bukan terdiri dari satu orang saja, dan agar masing-masing petugas dapat melakukan hal yangb baik untuk bangsanya, maka Tuan Tan Hong Yan menyarankan agar mereka datang di Kong Koan atau Tji Lam Tjay secara bergiliran. Hal itu mempermudah dalam pembagian mengurus masalah orang-orang Tionghoa. Hal tersebut terjadi sekitar tahun 1837. Pada tahun tersebut pulalah Tji Lam Tjay terbentuk.
Saking banyaknya tugas Kong Koan dan Tji Lam Tjay, keduanya kemudian dibagi menjadi dua kelompok. Yang pertama yaitu mengurus tugas yang menyangkut denag kepolisian, pajak, undang-undang, perkawinan, kematian, kelahiran, dan lain sebagainya. Yang kedua yaitu mengurus dan merawat klenteng-klenteng, menolong orang miskin yang meninggal dan terlantar, mengurus tanah perkuburan orang Tionghoa, dan sebagainya. Kemudian Tji Lam Tjay dijadikan sebuah vereeniging yang oleh Tuan Gan Kang Sioe diajukan hak rechspersoon.
Pada saat itu, kegiatan yang dilakukan keduanya sangat mulia, khususnya Tji Lam Tjay. Maka orang Tionghoa menginginkan Tji Lam Tjay tetap ada dan sampai sekarang kegiatan yang dilakukan oleh Tji Lam Tjay tetap aksis. Tugas-tugas dari Tji Lam Tjay kemudian oleh Prof. Koo Tjay Sing, S.H. sebagai penasehat hukum mulai membenahi tugas kewajiban Perkumpulan Tjie Lam Tjay terutama dalam bidang keuangan. Hal inilah yang mendasari terbentuknya Yayasan Tjie Lam Tjay dan Yayasan Klenteng Besar Gang Lombok sesuai dengan nasehat dari Tuan Njoo Bhek Gee. Disamping itu, Perkumpulan Tjie Lam Tjay masih tetap aksis sampai saat ini.
Tjie Lam Tjay mendapatkan pengesahan sebagai YAYASAN dengan Akta No. 34, tgl. 11 Juni 1963, Notaris Tan A Sioe, dengan nama “ Yayasan Dana Kematian Tjie Lam Tjay”. Selanjutnya Yayasan Tjie Lam Tjay mempunyai tugas mengurus penguburan dan barang-barang untuk mengubur, serta merawat kuburan orang–orang yang meninggal dunia dalam keadaan terlantar atau keluarganya tidak dapat diketahui keberadaannya ataupun dari golongan yang tidak mampu. Dalam hal ini, yayasan Tji Lam Tjay tidak pernah memilah-milah atau pilih kasih dalam membantu seseorang yang sedang kesusahan. Meskipun namanya telah berganti menjadi sebuah yayasan, tetapi tugas yang dijalankan masih bersifat sosial terhadap sesama.
Sedangkan untuk Perkumpulan Tjie Lam Tjay mempunyai maksud dan tujuan yaitu memelihara klenteng Tay Kak Sie di Semarang. Hal ini ditujukan dalam arti kata yang seluas-luasnya, termasuk juga menyelenggarakan sembahyang, bekerja sama dengan klenteng–klenteng dan badan–badan keagamaan lainnya. Selain itu juga mengurus atau memberikan bantuan untuk penguburan jenasah orang–orang yang meninggal dunia di Semarang dan yang keluarganya dalam keadaan kurang maupun tidak mampu.
Adapun nama-nama tokoh yang berperan dalam Tji Lam Tjay pada waktu itu sampai sekarang selain Prof. Koo Tjay Sing, S.H. antara lain:
NO.
NAMA
NO.
NAMA
NO.
NAMA
1
TAN TIANG TJHING
43
TAN GEE HOEN
85
POO SOEN KOK
2
TAN HONG YAN
44
KIE TING TONG
86
PAUL SAERANG
3
TAN TJONG HOAY
45
LIEM KIEM SIANG
87
WONG AMAN G.W.
4
GAN KANG SIOE
46
TJIOE PING HWIE
88
OEI TJANG TJOE
5
KHOUW GIOK SOEN
47
TJENG TJIEN HIAN
89
TAN ENG SIE
6
BE ING TJIOE
48
LIEM GWAN SOEN
90
LIEM KHA KING
7
KIEM SWA (L)
49
SIE KING IEN
91
LILIK ARIS P.H.
8
TAN THIAN LAM
50
ONG YONG HWIE
92
ROY AGUNG B.
9
KIEM TJHIANG (L)
51
LOE ING LIEM
93
EKO WARDOJO
10
SOEI TJHING (L)
52
NEE KIEM HWAT
94
TJIOE WIE BING
11
LIE GIEN SAY
53
KWEE KEH YOE
95
TAN HONG SWAN
12
THUNG DJIEN SING
54
OH KIM TJONG
96
LIEM IE IE
13
TAN KIOE LIONG
55
ANG TIANG SING
97
TAN HING TIONG
14
LOA HOK SING
56
TAN KING GIE
98
TAN SIANG FU
15
LIEM SA LAK
57
BEH KWAT KING
99
LEI LIANG THE
16
HOO KONG SING
58
OEIJ MO SING
100
LINA
17
THE TING LIAUW
59
TING SAM HIEN
101
OEI SIOE YEK
18
TAN PHAN KWA
60
SIE KIEN KIE
102
PHAN PIE IE
19
TAN KEE SING
61
LIEM TJIEN IK
103
TAN LAN SIANG
20
TAN GIOK IN
62
TAN THIAM SING
104
HERLINA
21
TIK GOAN (L)
63
ANG SIOK LIE
105
MAGGIE SUKAMTO
22
123 ORANG
64
GHO TJIANG
106
TAN DJAY LAN
23
Ny. TANDJOENG TÊNG BING NIO
65
OUW TJIAUW POET
107
METTA PRANOTO
24
Ny. TAN GIOK IN
66
OEI BOEN SIAH
108
TAN GIOK LING
25
Ny. OEI KONG TAM
67
TJOA KENG THIAM
109
TAN EK DJUN
26
Ny. SIEM KOEN PING
68
KWEK THIAM SIOE
110
TAN GIOK SENG
27
Ny. ONG HONG HOAT
69
GO THIAM BING
111
TJOE SHIA ING
28
BE BIAUW TJOAN (M)
70
LIE KIANG DJOE
112
THIO BWEE SIEN
29
NJOO BHEK GEE
71
SIH KIK YAUW
113
DONNY SALIMAN, dr
30
SIE KHAY HIE
72
KHOUW KIAN HOO
114
TAN SANGHA SARI, dr
31
LIEM MO LIEN
73
TAN BING OE
115
CHEN SU YEN
32
TAN SIAUW LIP (M)
74
LIE ING LIM
116
DJUNAEDI
33
LIEM KIOK LIAM
75
SIE POEN LIP
117
LIEM TIEN NIO
34
OEI DJIE SIN
76
OEI BOEN HWAT
118
NANCY DJUWITA OENTORO
35
TIO KIAT LIAN
77
LIEM TJIEN HOO
119
LILY MARLINA
36
TAN TOEN HWAN
78
SIE ING LIONG
120
TAN DAVID PUTRANTO
37
TJOA HIAN IE
79
WIDJAJA SUTANDIJO
121
JAUW HILDA LESTARI D
38
LIEM PEK HIAN
80
ONG TIONG WAN
122
ONG HONG SWAN TONNY
39
TAN SING HWIE
81
THIO TEK DJOEN
123
LIE KHA LENG
40
LOE SIOE TIK
82
KO TJAY SING, Prof
124
HERU GUNADI
41
TIONG SIOE THIAM
83
SLAMET SANTOSO, SH
125
CONNY SYLVANIA SANJAYA
42
OH KANG HAN
84
PHAN WOEN SIOE
126
EDHY SUTANTO