Tuesday, May 7, 2019

Donasi Rekontruksi Gedung Kong Tik Soe Rek BCA Cab 8360525857 a.n. Yayasan Kong Tik Soe

Pada hari Kamis, 21 Maret 2019 kira - kira pukul 05.00 Gedung Kong Tik Soe mengalami musibah kebakaran yang menghanguskan ruang utama Kong Tik Soe yang dipergunakan sebagai tempat peribadatan



Untuk simpatisan dan para donatur yang ingin menyumbang untuk Rekontruksi Gedung Kong Tik Soe bisa kirim ke Rek BCA Cab Pandanaran Nomor : 8360525857 a.n. Yayasan Kong Tik Soe
Read more ...
Saturday, January 12, 2019

Yayasan Tjie Lam Tjay Gelar Doa Po Un untuk Keselamatan Umat dan Bangsa

Umat Tri Dharma mengikuti sembahyang Po Un di Yayasan Tjie Lam Tjay jalan Gang Lombok Semarang, Sabtu (12/1). (Foto: suaramerdeka.com/Cun Cahya)
Umat Tri Dharma mengikuti sembahyang Po Un di Yayasan Tjie Lam Tjay jalan Gang Lombok Semarang, Sabtu (12/1). (Foto: suaramerdeka.com/Cun Cahya)
SEMARANG, suaramerdeka.com - Yayasan Tjie Lam Tjay yang berada di Gang Lombok Semarang setiap tahunnya dalam menyambut tahun baru Imlek menyelenggarakan sembahyang Po Un.
Po Un merupakan tradisi sejak ribuan tahun silam yang telah dijalani orang-orang Tionghoa yang bertujuan agar dalam satu tahun ke depan diberikan keberkahan, keselamatan, keberuntungan, perlindungan serta kebahagian pada tahun Imlek shio Babi Tanah ini.
"Tadi sudah berdoa ke Budha mohon dilindungi keberkahan kesehatan dan dijauhkan dari malapetaka, juga termasuk untuk keselamatan bangsa Indonesia," kata Aman Gautama Ketua Yayasan Tjie Lam Tjay, Sabtu (12/1).
Prosesi acara dimulai dengan sembahyang ucapan terimakasih yang dipimpin oleh Bikshu Xin Chen asal Jakarta kepada Budha dan Dewa yang sudah melindungi umatnya dalam satu tahun.  Pemimpin ritual membacakan doa atau mantra diikuti oleh umat yang cara penyampaiannya dengan dilantunkan.
Sembahyang Po Un diikuti oleh 1.001 peserta dari Semarang dan berbagai daerah. Aman menjelaskan, tempatnya merupakan satu satunya yang menggunakan dana sukarela dalam sembahyang Po Un sehingga orang yang tidak punya uang pun bisa mengikuti sembahyang Po Un.
"Sama rasa sama rata artinya tidak hanya yang punya uang yang bisa ikut sembahyang, yang tidak pun tetap bisa ikut," jelasnya. 

(Cun Cahya/CN41/SM Network)
Read more ...
Sunday, January 14, 2018

Ritual Sembahyang Po Un di Gang Lombok Semarang







Sembahyang Po Un ini untuk memohon berkah, nasib baik, perlindungan dan keselamatan kepada Tuhan dan para Dewa.
Sebanyak 1.007 umat mengikuti sembahyang Po Un atau ritual tolak bala di kawasan Gang Lombok Semarang, Jawa Tengah, Minggu (14/1/2018). Ritual tolak bala yang digelar Yayasan Tjie Lam Tjay ini bertujuan untuk memohon berkah, nasib baik, perlindungan dan keselamatan kepada Tuhan dan para Dewa.

Ritual Po Un Jaga Keselarasan Manusia

Ribuan warga Tionghoa dari berbagai kota di Jateng, kemarin (14/1), mengikuti ritual Cisuwak atau Po Un di halaman Yayasan Tjie Lam Tjey, Jalan Gang Lombok,  untuk menolak balak.
Kegiatan cisuwak ini dilakukan agar ditahun baru Imlek 2018 atau shio anjing ini menjadi lebih baik dibanding tahun sebelumnya. Ritual dipimpin oleh Bhiksu dari Jakarta, Sin Chen dan Darmanto. Kegiatan sembahyang diawali dengan pembacaan doa-doa paritha suci dan dilanjutkan dengan membakar kertas doa.
Ketua Yayasan Tjie Lam Tjey, Wong Aman Gautama mengatakan, ritual Po Un ini selalu dilakukan agar dibtahun baru ini kehidupan warga menjadi lebih baik dari tahun kemarin. Menurutnya sembayang Po Un dilaksanakan untuk menjaga keselarasan manusia dengan alam semesta. Manusia merupakan bagian dari alam semesta ini berada dalam posisi yang tidak harmonis dengan pergerakan alam semesta.
“Sehingga perlu kiranya agar setiap manusia dapatr mengikuti ritual Po Un ini,” imbuhnya.
Biasanya kegiatan Po Un ini dilakukan setelah dewa turun dari langit, atau Cia wek ce shi atau tanggal 4 bulan 1 penanggalan Imlek. Dan warga Tionghoa percaya bahwa setiap orang yang lahir memiliki chiong / kias dari masing-masing shio.
“Maka chiong inilah yang harus dicocokkan dengan shio setiap orang dan shio setiap tahunnya,” ungkapnya

Umat Tri Dharma Sembahyang Mohon Keselamatan

SEMARANG,suaramerdeka.com- Yayasan Tjie Lam Tjay menggelar sembahyang Po Un atau yang dikenal dengan ritual tolak bala di Jalan Gang Lombok Semarang, Minggu (14/1).
Ritual ini bertujuan untuk memohon berkah, nasib baik, perlindungan serta keselamatan kepada Tuhan dan para Dewa. Sembahyang ini diikuti oleh 1.007 umat yang ingin namanya didoakan agar mendapatkan keselamatan.
Aman Gautama Ketua Yayasan Tjie Lam Tjay mengatakan sembahyang Po Un mempunyai arti Po adalah jaminan dan Un adalah keselamatan sehingga diartikan meminta jaminan keselamatan untuk satu tahun kedepan.
Prosesi acara dimulai dengan sembahyang ucapan terimakasih kepada Tuhan dan Dewa yang sudah melindungi umatnya dalam satu tahun.  Pemimpin ritual membacakan doa atau mantra diikuti oleh umat yang cara penyampaiannya dengan dilantunkan.

"Intinya memohon perlindungan selama setahun dan doa tolak bala ini semua sifatnya universal yang tidak jiong boleh ikut, tujuannya agar semua  bisa dilindungi oleh Tuhan dan dewa selamat lancar sejahtera serta khusunya untuk negara Indonesia bisa tentram dan damai," katanya.
Hampir setiap klenteng menggelar sembahyang Po Un karena ritual tersebut sudah menjadi tradisi bagi umat keturunan Tionghoa. Meskipun dalam pelaksanaan ada perbedaan di masing-masing klenteng namun tujuannya sama yakni untuk meminta keselamatan.
(Cun Cahya /SMNetwork /CN38 )

Read more ...
Thursday, October 12, 2017

Ritual Balas Budi Bagi Leluhur

TRADISI ULAMBANA: Tiga biksu asal Tiongkok saat membagikan paket sembako kepada para siswa SD dan SMP Kuncup Melati dan warga sekitar Kelenteng Tay Kak Sie, (NUR CHAMIM/JAWA POS RADAR SEMARANG).



SEMARANG- Ritual sembahyang arwah atau King Hoo Ping digelar Yayasan Tjie Lam Tjay Jalan Gang Lombok Semarang. Ritual King Hoo Ping atau Ulambana tersebut dipimpin oleh  9 biksu  dari  Sangha Teravada Tiongkok diikuti ratusan siswa SD dan SMP Kuncul Melati serta warga sekitar. Upacara ditandai dengan sembahyang pembukaan pintu akhirat yang merupakan sembahyang mengawali pelaksanaan bulan Ulambana atas Pattumodana  yang jatuh pada bulan tujuh (lunar).
Berkaitan dengan sembahyang tersebut, juga dilaksanakan sembahyang “mencangkul bumi“ atau yang disebut dengan  Jit Gwee Phoa, yang merupakan tanda dimulainya pendirian panggung  sembahyang, dan dilanjutkan dengan sembahyang Pang  Tjwie  Ting atau sembahyang melepas pelita teratai  di air yang mengalir  yang ditujukan bagi arwah  yang wafatnya di air, seperti tenggelam.
Esok harinya dilanjutkan dengan  sembahyangan Fang Shen, yakni sembahyang melepaskan  mkahluk hidup, seperti ikan  atau burung  ke alam bebas. Puncaknya adalah sembahyang Ulambana (Phu tu ) atau King Hoo Ping yang merupakan sembahyang rebutan.
“Dalam sembahyang tersebut para biksu baik dari sangha Teravada maupun  sangha Mahayana bersama mendoakan para arwah leluhur, baik yang  tidak memiliki ahli waris   maupun yang memiliki ahli waris,” ungkap Humas Yayasana Tjie Lam Tjay, Wigianto T kepada Jawa Pos Radar Semarang.
Wigianto mengatakan, sesuai ajaran Tee Cong Ong Poo Sat yang merupakan Boddhisatva  yang membimbing dan menyadarkan para arwah, maka setiap tahun tepatnya antara bulan Agustus  hingga September memandang perlu melakukan sembahyang Ulambana (Phut Tu ) maupun Pattumodana  (Chau Tu). “Biasanya  setiap tahun selalu membagikan paket sembako kepada warga sekitar yayasan terutama yang kurang mampu,” katanya.
Sedangkan upacara Ulambana itu merupakan upaya membalas budi kepada leluhur yang telah meninggal dunia. Selain itu, menjalankan cinta kasih dan kasih sayang Sang Budha untuk menolong para makhluk. “Tidak hanya itu, juga memberikan dana puja atau Kathina kepada biksu serta membagikan sedekah kepada warga yang kurang mampu,” ujarnya. (hid/aro)
Read more ...
Thursday, October 6, 2016

TERBENTUKNYA YAYASAN TJIE LAM TJAY


TERBENTUKNYA YAYASAN TJIE LAM TJAY

Seperti yang telah disinggung sedikit diatas, Tji Lam Tjay telah berdiri sekitar pada tahun 1735 atas pengajuan permohonan Kapitein Tan Hong Yan yang berubah gelar menjadi Majoor Titulair karena jasa-jasanya terhadap kemajuan orang Tionghoa. Beliau mengajukan sebidang tanah yang berada disamping Tay Kak Sie, yang pada waktu itu masih berupa kebun lombok untuk didirikan sebuah yang berfungsi sebagai tempat atau wadah dalam melakukan berbagai tugas dari Kong Koan. Asal tempatnya yang berawal hanya kebun lombok, maka tempat tersebut terkenal dengan sebutan Gang Lombok. Dan klenteng yang berada didekatnya pun disebut dengan Klenteng Gang Lombok. Menurut Tuan Tan Hong Yan, dengan berdirinya sebuah kantor yang terletak berada di jalan tersebut, itu merupakan hal yang baik. Kenapa? Karena banyak orang Tionghoa yang mendirikan kampung dan menetap disana.
Karena letaknya yang dekat dengan kampung orang Tionghoa, maka kantor tersebut dijadikan sebuah tempat dimana orang Tionghoa dapat mencari petunjuk disana. Oleh tempat itu yang hanya berupa sebuah Kong Koan, lambat laun oleh Tuan Tan Hong Yan di ubah menjadi Tji Lam Tjay, yang berarti sebuah kantor penerangan (penunjuk). Sebab, disini orang-orang dapat meminta petunjuk yang sesuai dengan permasalahan mereka masing-masing. Karena para petugasnya bukan terdiri dari satu orang saja, dan agar masing-masing petugas dapat melakukan hal yangb baik untuk bangsanya, maka Tuan Tan Hong Yan menyarankan agar mereka datang di Kong Koan atau Tji Lam Tjay secara bergiliran. Hal itu mempermudah dalam pembagian mengurus masalah orang-orang Tionghoa. Hal tersebut terjadi sekitar tahun 1837. Pada tahun tersebut pulalah Tji Lam Tjay terbentuk.
Saking banyaknya tugas Kong Koan dan Tji Lam Tjay, keduanya kemudian dibagi menjadi dua kelompok. Yang pertama yaitu mengurus tugas yang menyangkut dengan kepolisian, pajak, undang-undang, perkawinan, kematian, kelahiran, dan lain sebagainya. Yang kedua yaitu mengurus dan merawat klenteng-klenteng, menolong orang miskin yang meninggal dan terlantar, mengurus tanah perkuburan orang Tionghoa, dan sebagainya. Kemudian Tji Lam Tjay dijadikan sebuah vereeniging yang oleh Tuan Gan Kang Sioe diajukan hak rechspersoon.
Pada saat itu, kegiatan yang dilakukan keduanya sangat mulia, khususnya Tji Lam Tjay. Maka orang Tionghoa menginginkan Tji Lam Tjay tetap ada dan sampai sekarang kegiatan yang dilakukan oleh Tji Lam Tjay tetap aksis. Tugas-tugas dari Tji Lam Tjay kemudian oleh Prof. Koo Tjay Sing, S.H. sebagai penasehat hukum mulai membenahi tugas kewajiban Perkumpulan Tjie Lam Tjay terutama dalam bidang keuangan. Hal inilah yang mendasari terbentuknya Yayasan Tjie Lam Tjay dan Yayasan Klenteng Besar Gang Lombok  sesuai dengan nasehat dari Tuan Njoo Bhek Gee. Disamping itu, Perkumpulan Tjie Lam Tjay masih tetap aksis sampai saat ini.
Tjie Lam Tjay mendapatkan pengesahan sebagai YAYASAN dengan Akta  No. 34, tgl. 11 Juni 1963, Notaris Tan A Sioe, dengan nama “ Yayasan Dana Kematian Tjie Lam Tjay”.   Selanjutnya Yayasan Tjie Lam Tjay mempunyai tugas mengurus penguburan dan barang-barang untuk mengubur, serta merawat kuburan orang–orang yang meninggal dunia dalam keadaan terlantar atau keluarganya tidak dapat diketahui keberadaannya ataupun dari golongan yang tidak mampu. Dalam hal ini, yayasan Tji Lam Tjay tidak pernah memilah-milah atau pilih kasih dalam membantu seseorang yang sedang kesusahan. Meskipun namanya telah berganti menjadi sebuah yayasan, tetapi tugas yang dijalankan masih bersifat sosial terhadap sesama.
Sedangkan untuk Perkumpulan Tjie Lam Tjay mempunyai maksud dan tujuan yaitu memelihara klenteng Tay Kak Sie di Semarang. Hal ini ditujukan dalam arti kata yang seluas-luasnya, termasuk juga menyelenggarakan sembahyang, bekerja sama dengan klenteng–klenteng dan badan–badan keagamaan lainnya. Selain itu juga mengurus atau memberikan bantuan untuk penguburan jenasah orang–orang yang meninggal dunia di Semarang dan yang keluarganya dalam keadaan kurang maupun tidak mampu.
Adapun nama-nama tokoh yang berperan dalam Tji Lam Tjay pada waktu itu sampai sekarang selain Prof. Koo Tjay Sing, S.H. antara lain:
NO.
NAMA
NO.
NAMA
NO.
NAMA
1
TAN TIANG TJHING
43
TAN GEE HOEN
85
POO SOEN KOK
2
TAN HONG YAN
44
KIE TING TONG
86
PAUL SAERANG
3
TAN TJONG HOAY
45
LIEM KIEM SIANG
87
WONG AMAN G.W.
4
GAN KANG SIOE
46
TJIOE PING HWIE
88
OEI TJANG TJOE
5
KHOUW GIOK SOEN
47
TJENG TJIEN HIAN
89
TAN ENG SIE
6
BE ING TJIOE
48
LIEM GWAN SOEN
90
LIEM KHA KING
7
KIEM SWA (L)
49
SIE KING IEN
91
LILIK ARIS P.H.
8
TAN THIAN LAM
50
ONG YONG HWIE
92
ROY AGUNG B.
9
KIEM TJHIANG (L)
51
LOE ING LIEM
93
EKO WARDOJO
10
SOEI TJHING (L)
52
NEE KIEM HWAT
94
TJIOE WIE BING
11
LIE GIEN SAY
53
KWEE KEH YOE
95
TAN HONG SWAN
12
THUNG DJIEN SING
54
OH KIM TJONG
96
LIEM IE IE
13
TAN KIOE LIONG
55
ANG TIANG SING
97
TAN HING TIONG
14
LOA HOK SING
56
TAN KING GIE
98
TAN SIANG FU
15
LIEM SA LAK
57
BEH KWAT KING
99
LEI LIANG THE
16
HOO KONG SING
58
OEIJ MO SING
100
LINA
17
THE TING LIAUW
59
TING SAM HIEN
101
OEI SIOE YEK
18
TAN PHAN KWA
60
SIE KIEN KIE
102
PHAN PIE IE
19
TAN KEE SING
61
LIEM TJIEN IK
103
TAN LAN SIANG
20
TAN GIOK IN
62
TAN THIAM SING
104
HERLINA
21
TIK GOAN (L)
63
ANG SIOK LIE
105
MAGGIE SUKAMTO
22
123 ORANG
64
GHO TJIANG
106
TAN DJAY LAN
23
Ny. TANDJOENG TÊNG BING NIO
65
OUW TJIAUW POET
107
METTA PRANOTO
24
Ny. TAN GIOK IN
66
OEI BOEN SIAH
108
TAN GIOK LING
25
Ny. OEI KONG TAM
67
TJOA KENG THIAM
109
TAN EK DJUN
26
Ny. SIEM KOEN PING
68
KWEK THIAM SIOE
110
TAN GIOK SENG
27
Ny. ONG HONG HOAT
69
GO THIAM BING
111
TJOE SHIA ING
28
BE BIAUW TJOAN (M)
70
LIE KIANG DJOE
112
THIO BWEE SIEN
29
NJOO BHEK GEE
71
SIH KIK YAUW
113
DONNY SALIMAN, dr
30
SIE KHAY HIE
72
KHOUW KIAN HOO
114
TAN SANGHA SARI, dr
31
LIEM MO LIEN
73
TAN BING OE
115
CHEN SU YEN
32
TAN SIAUW LIP (M)
74
LIE ING LIM
116
DJUNAEDI
33
LIEM KIOK LIAM
75
SIE POEN LIP
117
LIEM TIEN NIO
34
OEI DJIE SIN
76
OEI BOEN HWAT
118
NANCY DJUWITA OENTORO
35
TIO KIAT LIAN
77
LIEM TJIEN HOO
119
LILY MARLINA
36
TAN TOEN HWAN
78
SIE ING LIONG
120
TAN DAVID PUTRANTO
37
TJOA HIAN IE
79
WIDJAJA SUTANDIJO
121
JAUW HILDA LESTARI D
38
LIEM PEK HIAN
80
ONG TIONG WAN
122
ONG HONG SWAN TONNY
39
TAN SING HWIE
81
THIO TEK DJOEN
123
LIE KHA LENG
40
LOE SIOE TIK
82
KO TJAY SING, Prof
124
HERU GUNADI
41
TIONG SIOE THIAM
83
SLAMET SANTOSO, SH
125
CONNY SYLVANIA SANJAYA
42
OH KANG HAN
84
PHAN WOEN SIOE
126
EDHY SUTANTO

Read more ...