Saturday, April 30, 2016

SEJARAH DAN KONDISI KOTA SEMARANG

PENDAHULUAN

SEJARAH DAN KONDISI KOTA SEMARANG
Indonesia adalah salah satu negara yang terkenal akan banyaknya etnis. Etnis-etnis tersebut diantaranya yaitu: Melayu, Jawa,Batak, Madura, Dayak, dan lain-lain. Tapi tidak dipungkiri juga, Indonesia juga ditinggali oleh etnis lain, salah satunya yaitu orang-orang TIONGHOA. Dari zaman dahulu, sebelum Indonesia belum merdekapun bangsa TIONGHOA telah mendominasi. Salah satu kota yang dituju para pendatang yaitu kota Semarang. Hal ini dibuktikan dengan adanya sejarah yang mengatakan bahwa di zaman Mataram kuno kira-kira pada abad ke-8, Semarang merupakan pelabuhan penting yang kalau sekarang letaknya disekitar pasar Bulu, di kaki bukit Bergota yang terdiri dari beberapa bukit kecil seperti Bukit Brintik (yang kini masih dapat dilihat di perbukitan belakang Gereja Kathedral) dan Bukit Mugas yang sekarang teerdapat gedung PTP dan perguruan tinggi dibelakang pompa bensin hingga daerah Telogobayem. Disebelah selatan dan barat bukit Bergota terdapat antara lain bukit-bukit Candi dan Siamongan yaitu daerah Gedong Batu sekarang dan pada saat itu, para pendatang dari Tiongkok sudah banyak yang bermukim disana. Penduduknya saja masih sangat sedikit yaitu sekitar 217.775 jiwa yang didalamnya termasuk orang Tionghoa, yaitu sekitar 27.451 jiwa.
Sebelum berbicara mengenai Semarang lebih detail, alangkah baiknya jika kita mengetahui asal-usul dari nama SEMARANG. Terdapat beberapa versi asal mula nama Semarang, salah satunya yaitu pada abad ke-16 Pulau Tirang penduduknya sudah mulai banyak dan padat, yang hanya sedikit kelihatan disana yaitu adanya pohon asam. Dari pohon “asem”(asam) dan “arang”(jarang) itulah maka tempat tersebut dinamakan Semarang(asem-arang). Hal tersebut dibenarkan oleh seorang peneliti yang bernama C.Lekkerkerker. Sedangkan, ungkapan lain mengatakan kata “ARANG” berasal dari kata akhir dari daerah PANDAN ARANG dimana Kyai Pandan Arang bertempat tinggal. Sebelum perang dahulu SEMARANG ditulis SAMARANG dengan “A”. Adapun yang member nama Semarang yaitu Syeh Wali Lanang yang dating untuk mengislamkan penduduk didaerah dimana Ki Ageng Pandanaran tinggal.
Pada zaman dahulu, sekitar 1500-1700 Semarang merupakan pelabuhan yang sangat penting. Sejumlah literatur menyebutkan bahwa daya tarik Semarang karena letak geografisnya yang sangat strategis, di tengah-tengah kepulauan nusantara. Maka tak heran, jika banyak pedagang asing yang datang ke Semarang. Apalagi kala itu jalur transportasi perdagangan antarnegara satu-satunya hanya lewat jalur laut. Hal ini dibuktikan dengan adanya catatan yang dibuat oleh seorang yang datang dari Portugis yang bernama Tome Pires kira-kira pada tahun 1513 lalu. Pada waktu itu ia berlayar menyusuri Pantai Utara Pulau Jawa. Disana terdapat tiga tempat yang ramai dikunjungi oleh kapal-kapal pedagang selain pelabuhan Jepara, antara lain mereka berlabuh di Losari, Tegal dan Semarang. Kira-kira 150 tahun kemudian ada pula catatan yang menerangkan Semarang sebagai Pelabuhan. Disekitar tahun 1678 Cornelius Speelman mencatat ramainya pelabuhan Semarang yang melebihi pelabuhan Jepara yang berada di sebelah timur Semarang. Berabad-abad lalu hingga sekitar abad 16 di pantai utara Pulau Jawa terdapat beberapa pangkalan dagang penting yang sering disinggahi kapal-kapal pedagang dari manca Negara. Satu-satunya pelabuhan yang ramai pada saat itu adalah pelabuhan Jepara. Namun dalam perkembangannya, para pedagang dari Arab, Tiongkok, India selanjutnya singgah dari Jepara ke Semarang karena letak geografisnya yang ideal dan alami serta dataran yang subur dan indah. Dengan datangnya bangsa-bangsa asing ke Semarang seperti bangsa China, Melayu, Arab, Persia, Belanda, dan lain-lain yang pada akhirnya mereka memutuskan mendirikan pemukiman-pemukiman menurut kelompok etnisnya. Fasilitas-fasilitas sosialpun bermunculan, misalnya: tempat-tempat ibadah; masjid, klenteng, pusat pemerintahan, benteng-benteng pemerintahan dan lain sebagainya.
Pada abad tersebut, pedagang China mendominasi perdagangan di Semarang. Tak mengherankan, bila banyak pedagang China yang menuai kesuksesan. Bahkan, pada saat itu banyak pedagang China yang mulai memiliki rumah di Semarang berdinding tembok dan beratap genteng cukup megah. Kesuksesan pedagang China menjadi saudagar di Semarang juga didukung warga pribumi. Mereka melibatkan warga asli Semarang dan sekitarnya dalam mengembangkan usahanya.
Saat itulah terjadi akulturasi budaya maupun sosial antara pendatang China dengan warga pribumi. Pendatang China yang pernah mencapai 10 persen penduduk Semarang, mencuatkan berbagai magnitude pengaruhnya ke kebudayaan ageng Semarang. Misalnya, penduduk Tionghoa amat hemat. Ini mempengaruhi penduduk Kota Semarang secara keseluruhan. Khususnya, dalam mencari kesejahteraan.
Semarang menjadi kota amat penting setelah pada 9 Juni 1702 ditunjuk sebagai ibu kota wilayah Mataram dan pesisir Jawa. Hal ini menambah daya tarik kota ini bagi para pedagang Nusantara maupun asing. Bahkan, pada saat itu Semarang sudah mulai menampakkan diri sebagai bentuk kota. Wilayah pemukiman semakin luas dengan munculnya berbagai kampung etnis. Seperti Kampung China (Pecinan), Kampung Jawa, Kampung Belanda dan Kampung Melayu.
Sesuai dengan datangnya para pedagang dari mancanegara ke Semarang menjadikan perubahan kota Semarang yang tadinya belum dianggap penting dalam perdagangan, sekarang malah menjadi pusat para pedagang besar. Perubahan ini dibuktikan dengan muculnya perusahaan, tempat hiburan, atau rumah makan yang berbasis pada perdagangan. Hal ini menarik para orang-orang Tionghoa yang langsung terjun didalamnya. Perusahaan yang ada pada saat itu yaitu didirikannya perusahaan rokok, gedung bioskop dan juga rumah makan. Perusahaan pabrik rokok yang terkenal pada zaman tersebut yaitu pabrik rokok Poo Hien, Perahu Layar, pompa, Bengawan Solo, Tuton, Gentong Gotri, Pak Tani, Rimboe, dan Sumber Girang. Selain perusahaan rokok yang dibangun, ada juga tempat-tempat hiburan misalnya bioskop atau pada zaman dulu disebut Theater. Theater merupakan tempat pemutaran “Gambar Hidup” atau sekarang disebut film layar lebar. Nama-nama gedung bioskop pada waktu itu ialah: Royal Theater, LUX Theater, Orion Theater, Rahayu Theater. Dari keseluruhan gedung bioskop tersebut kemudian dibongkar menjadi pertokoan sekarang ini. Adapun gedung bioskop yang terkenal pada saat itu yaitu Grand Theater, yang pada waktu itu pemiliknya bernama Tuan Be Biauw Tjwan dan disampingnya terdapat rumah usaha yang dijadikan tempat perkumpulan yang dinamakan “Ta Tung Tze” oleh masyarakat Tionghoa. Selain Grand, terdapat juga nama gedung bioskop yang bernama “ROXY” theater dan “DJAGALAN” theater yang berada didaerah Pecinan. Gedung-gedung bioskop tersebut menampilkan film-film Mandarin dan film-film India. Sehubungan dengan perubahan waktu dan perkembangan kota Semarang, tempat-tempat tersebut dibongkar yang kemudian dijadikan tempat usaha, pertokoan.
Selain tempat-tempat diatas, terdapat rumah makan atau restoran yang didirikan oleh bangsa Tionghoa bernama”OEN” restoran yang oleh pendirinya yaitu Tuan Oen Tjoek Hok. Lambat laun kemudian restoran tersebut berkembang dan membuka cabang diberbagai kota misalnya Batavia, Jogjakarta, dan Malang. Dan ternyata, selain ketiga bidang tersebut, masih banyak tempat usaha yang didirikan oleh orang-orang Tionghoa. Misalnya, toko baju, kelontong, dan jamu-jamu traditional yang diambil dari hasil bumi.
Dari usaha-usaha itulah, dapat disimpulkan bahwa Semarang merupakan kota perdagangan yang semakin berkembang. Hal itu ditandai dengan kedatangan pedagang-pedagang dari mancanegara, terutama dari Cina. Mereka berdagang hasil bumi, salah satunya lada. Di kota ini juga sudah muncul pusat perdagangan, yakni di kawasan Pecinan. Saat itu, barang-barang dari Cina juga banyak yang masuk ke Semarang. Mulai barang-barang dari bahan kertas, kain, sutra, serta barang-barang gerabah (mangkok, piring, guci, dll). Selain itu, industri lilin untuk penerangan juga sudah banyak diproduksi oleh pendatang Cina. Perdagangan di Semarang semakin hebat dengan banyaknya pedagang-pedagang asing selain Cina yang berdatangan ke Semarang. Mulai pedagang India, Arab, Gujarat, bahkan pedagang Eropa seperti Belanda, Inggris dan Portugis juga hijrah ke Semarang. Alhasil, Semarang pun menjelma menjadi salah satu pusat perdagangan yang penting. Pada abad tersebut para pedagang Cina-lah yang mendominasi perdangan pada abad tersebut karena yang selama ini kita tahu mereka sangat baik dalam mengolah sistem manajemen keuangan mereka. Makin lama usaha mereka semakin berkembang dan menjadikan mereka sukses dalam berdagang. Maka, dari situlah para pedagang singgah ke Semarang untuk berdagang.

Read more ...

Struktur dan Bahan Bangunan Kong Tik Soe


Struktur dan Bahan Bangunan

Melihat kondisi yang ada sekarang, tidak terlalu banyak perubahan fisik yang pernah dilakukan pada Kong Tik Soe.

Pondasi masih berupa batu gunung. Lantai selasar dengan ubin segi enam, sedangkan lantai serambi sudah menerapkan ubin 20 / 20 dengan gambar pola geometris. Lantai ruang Sin Cie dengan ubin 25 / 25, juga dengan gambar pola geometris. Hal ini dapat dimengerti karena pembangunan Kong Tik Soe lebih akhir daripada Tay Kak Sie, sehingga terdapat perkembangan bahan bangunan.

Dinding berplester biasa. Namun pada fasade dan ruang dalam sudah diberi tambahan lapisan berupa keramik 10 / 20 berwarna hijau muda. Dinding lainnya bercat putih. Dinding antara bangunan utama dan bangunan sayap ditutup dengan kerawang hijau. Pagar pembatas tapak berupa pagar besi berjeruji berwarna merah.

Pintu pada fasade terdiri dari tujuh pasang. Lima pasang menghadap ke depan, sedangkan dua pasang saling berhadapan. Pintu yang berhadapan ini hanya memiliki satu daun pintu. Banyaknya jumlah pintu ini disebabkan karena fungsi bangunan yang beraneka ragam, sehingga mempermudah aksesibilitas. Pintu-pintu ini berwarna coklat dan hanya memiliki satu lapis daun pintu saja. Engsel pintu masih terlihat dan ambang bawah pintu lebih tinggi daripada permukaan lantai. Ambang atas pintu dengan tonjolan berbentuk bujur sangkar berukir dewa. Partisi pada ruang abu dilapisi dengan Kiem Puk.

Jendela hanya terdapat satu pasang, berbentuk lingkaran, berukir dengan motif menyerupai gajah. Bagian dalamnya panel kayu berukir yang berwarna biru dan merah. Pintu yang menghubungkan bangunan utama dengan bangunan sayap memiliki ambang atas berbentuk setengah lingkaran. Bagian atas diberi motif lantai bata merah. Daun pintunya berupa jeruji besi berwarna merah.

Kolom serupa dengan kolom pada Tay Kak Sie. Kolom selasar dan serambi berpenampang bujur sangkar, berwarna coklat dan kuning. Alas kolomnya dari batu dan berbentuk cembung. Sedangkan kolom ruang Sin Cie berpenampang lingkaran, juga berwarna coklat. Kaki kolom mengecil ke bawah dan masih memiliki alas kolom dari batu berbentuk lingkaran pula.

Konsol pada selasar luar memiliki banyak ukiran, termasuk ukiran teratai terbalik. Konsol ini berwarna–warni. Kuda-kuda juga memiliki banyak ukiran dan lukisan, yang berwarna-warni. Pada detil kuda-kuda selasar luar ditemui ukiran malaikat yang sedang menaiki naga. Juga adanya ornamen teratai yang sangat besar dan beralur unik pada konsol selasar luar. Hal ini merupakan hal yang baru. Banyak ditemui lukisan pada balok kuda-kuda. Seperti pada kuda-kuda kelenteng besar yang lain, pada gedung ini ditemui detil ornamen serupa kuntum bunga terbalik. Terdapat hal yang baru pada kuda-kuda ruang Sin Cie, yaitu digunakannya warna perak. Sebelumnya, warna perak jarang digunakan untuk arsitektur Cina.

Langit-langit ruang Sin Cie berwarna biru muda, demikian pula dengan langit-langit serambi. Atap terdiri dari empat bagian, yaitu atap ruang Sin Cie, serambi, sayap kiri, dan sayap kanan. Masing-masing berupa atap pelana tanpa teritisan. Atap serambi memiliki atap Matou Qiang, yang membagi atap menjadi tiga bagian. Selasar penghubung antara serambi dan ruang Sin Cie tidak memiliki atap, untuk memperjelas perbedaan fungsi. Hal ini juga merupakan salah satu keunikan dari gedung ini.



Simbolisasi

Karena gedung ini bukan merupakan kelenteng, maka tidak ada dewa yang dipuja, hanya terdapat altar untuk pemujaan leluhur, yang disebut sebagai Tjiong Tjo Tjong. Ruang abu pada Kong Tik Soe ini tidak ditujukan untuk marga tertentu melainkan untuk umum. Seperti ruang abu yang lain, di depan altar pemujaan terdapat deretan meja dan kursi yang digunakan sebagai tempat duduk para arwah. Kursi yang lebih besar diperuntukkan bagi arwah yang pada masa hidupnya pernah menjabat sebagai orang penting, seperti Letnan, Mayor, dan Kapten. Pada sayap kiri bangunan terdapat ruang pemujaan untuk Hok Tek Tjeng Sien dan Houw Tjiang Koen. Pada sayap kanan bangunan terdapat terdapat ruang abu untuk hwesio pendiri Kong Tik Soe, yaitu Tong Kwie See dan Thiong Ting.

Ornamen pada pintu utama berupa lukisan Kongco Mui Sin (Dewa Pintu) dan aksara Cina. Lukisan Dewa Pintu ini seringkali dijumpai pada pintu utama kelenteng besar.

Ruang abu memiliki ukiran yang sangat kaya. Warna dominan coklat dan kuning. Juga terdapat banyak Lian Tui terutama pada kolom utama. Tidak terdapat terlalu banyak Tik Lian.

Bubungan memiliki beberapa ornamen. Bubungan serambi dengan dua pasang naga kecil dan sedikit ukiran bunga serta sekawanan burung. Merupakan hal yang cukup aneh mengenai keberadaan ukiran burung ini. Bubungan ruang abu memiliki ornamen sepasang naga kecil serta deretan kerawang dan ukiran bunga. Balok nok pada ruang abu berwarna merah dengan gambar Pat Kwa pada bagian tengahnya.

Terdapat dua pasang arca singa batu. Sepasang terletak pada sebelah pintu utama, yaitu berwarna-warni. Sedangkan sepasang lagi terletak di antara selasar dan ruang abu, berwarna abu-abu, warna asli batu.

Keistimewaan

Fungsi Kong Tik Soe di masa lalu yang sangat mixed-use, yaitu sebagai “rumah abu”, sekolah, serta kantor Kong Koan. Juga pernah difungsikan sebagai penjara.

Secara arsitektural, terdapat berbagai keunikan antara lain jumlah pintu yang lebih banyak daripada bangunan ibadah pada umumnya. Dua pasang pintu di antaranya tidak terletak menghadap luar melainkan saling berhadapan. Juga pemakaian ubin yang memiliki gambar berpola geometris menandakan perbedaan bahan bangunan dari era sebelumnya. Terdapat dua pasang singa batu yang melambangkan perlindungan ekstra terhadap gedung.

Gedung ini memiliki lukisan sebagai ornamen jauh lebih banyak daripada kelenteng lainnya. Topik lukisan ini biasanya mengambil dari legenda ataupun gambar dewa. Beberapa detil ornamen yang unik seperti ukiran malaikat menaiki naga pada konsol luar, ukiran teratai yang besar, serta ukiran sekawanan burung pada bubungan. Demikian juga dengan munculnya warna perak pada kuda-kuda ruang abu.

Berbeda dengan bangunan lain dengan tata ruang serupa, maka selasar pada Kong Tik Soe ini tidak dinaungi oleh atap. Hal ini mungkin untuk mempertegas batas antara serambi dan ruang abu, dan membedakan fungsi keduanya.
Read more ...

Tata Ruang Gedung



Gedung Kong Tik Soe terletak bersikuan dengan Tay Kak Sie. Tata ruangnya serupa dengan Tay Kak Sie, merapat dengan batas tapak dan berhubungan erat dengan Tay Kak Sie, baik secara fisik maupun fungsi.

Kong Tik Soe memiliki ruang utama untuk Sin Cie. Walaupun serupa dengan Tay Kak Sie yang menerapkan dua lapis ruang, namun tata ruang yang diterapkan pada Kong Tik Soe sedikit berbeda, yaitu pada selasar luar dan atrium yang digambarkan sebagai berikut :





Dibandingkan dengan Tay Kak Sie, selasar luar Kong Tik Soe menerus menembus bangunan sayap. Demikian pula letak atrium, yaitu pada sisi kiri dan kanan, bukannya pada bagian tengah bangunan seperti Tay Kak Sie. Atrium ini memiliki pohon dengan alas berbentuk lingkaran.

Bangunan sayap kiri merupakan ruang pemujaan tambahan. Pada masa lalu digunakan untuk sekolah. Sedangkan bangunan sayap kanan merupakan ruang penghormatan untuk para Hwe Sio.

Read more ...

Program Kerja Yayasan Kong Tik Soe

PROGRAM KERJA
1. Bidang Pelayanan Keagamaan
o Sembahyang Ce It - Cap Go
Dilaksanakan tiap tanggal 1 dan 15 penanggalan lunar
o Sembahyang Sin Cia
Dilaksanakan setiap tahun baru Imlek
o Sembahyang King Thi Kong
Dilaksanakan pada tanggal 8 malam menjelang tanggal 9 tahun baru Imlek pada jam 23.00-01.00
o Sembahyang Cap Go Meh
Dilaksanakan setiap tanggal 15 pada tahun baru Imlek penanggalan lunar
o Sembahyang Ceng Beng
Bersih kubur / tilik kubur bertepatan tanggal 5 April
o Sembahyang King Hoo Ping
Sembahyang pelimpahan jasa kepada leluhur setiap tanggal 29 bulan 7 penanggalan lunar
o Sembahyang Tiong Ciu
Dilaksanakan pada tanggal 15 bulan 8 saat bulan purnama
o Sembahyang He Gwan
Untuk menghormati Malaikan Bumi, Dilaksanakan pada tanggal 15 bulan 10 penanggalan lunar
o Sembahyang Tang Cik
Dilaksanakan pada tanggal 22 Desember saat musim dingin dengan menggunakan minuman ronde untuk sesaji
o Sembahyang Jie Sie Siang Ang
Dilaksanakan tanggal 24 bulan 12 penanggalan lunar dan dimulainya pembersihan altar sebelum tahun baru Imlek
o Sembahyang Jie Kau Meh
Sembahyang tutup tahun
o Sembahyang Co Kong Tik
Upacara sembahyang untuk leluhur yang baru saja meninggal
2. Bidang Perawatan Gedung dan Inventaris
ü Ruang Tengah, khusus untuk Sin Cie
ü Ruang Kanan, Balai Pengobatan Tjie Lam Tjay
ü Ruang Kiri, Kantor Sekretariat dan ruang sembahyang
ü Aula, di bagian belakang lantai atas
ü Toilet, dibagian belakang lantai bawah
ü Bagian barat, gedung TK SD – SMP Kuncup Melati
3. Bidang Tradisi, Seni dan Budaya

· Mengembangkan kesenian tradisional
Read more ...

Legal Formal Yayasan Kong Tik Soe


LEGAL  FORMAL


Akta Pendirian     : No. 06, tanggal  13 Nopember 2010
Notaris Tri Isdiyanti, SH

Keputusan Menteri Hukum dan HAM RI     : AHU-6095.AH.01.04. Tahun 2011.   Tanggal  15 September 2011.

Surat Keterangan Domisili      : No. 590/49, tanggal 28 September 2010
N P W P      : 02.205.040.5.509.000

Tanda Daftar Tempat Ibadah Agama Buddha    :    No. KW.11.10/BA.04/142/2008
          Tanggal 05 Juni 2008

Tanda Daftar Yayasan Keagamaan Buddha      :    No. DJ.VI/BA.01.1/14/280/2008
          Tanggal 04 Agustus 2008
Read more ...

Profil Yayasan Kong Tik Soe

PROFIL  YAYASAN

Nama Yayasan : “ KONG  TIK  SOE “
Alamat : Gang Lombok No.60, RT 01/RW 01
Telepon 024.3561748
Kelurahan : Purwodinatan
Kecamatan : Semarang Tengah
Kota : Semarang  (50137)

    Lambang
                  Pohon Cemara atau Pohon Siong melambangkan
                    kebajikan, keteguhan hati dan keabadian.



Visi
Melestarikan tradisi, seni dan budaya dengan pilar Bhinneka Tunggal Ika
Misi

  • Membangun budi pekerti melalui pendidikan
  • Menjadi sarana peningkatan kesejahteraan masyarakat
  • Menjadi pemersatu dan pengayom masyarakat Kota Semarang

   

BCA  : Rek. 182.1133.888     a/n Yayasan Kong Tik Soe
MANDIRI : Rek. 12345678909   a/n Yayasan Kong Tik Soe
Read more ...

Introduction Kong Tik Soe

Salam sejahtera bagi kita semua,

Kong Tik Soe merupakan gedung dengan keindahan seni ukir dan seni bangunan yang sangat menawan, berdiri pada penghujung tahun 1845. Dibangun untuk memperingati budi baik serta kebajikan para leluhur yang telah berjasa bagi masyarakat. Digedung ini tersimpan nilai-nilai kearifan dan keluhuran. Seperti halnya di negara kita yang sangat menghargai dan menghormati para pahlawan yang berjasa, demikian pula halnya dengan pendirian gedung Kong Tik Soe dimaksudkan untuk mengajarkan kepada kita penghormatan kepada leluhur. Untuk menghormati leluhur dalam gedung ini disediakan sarana penghormatan yang dinamakan Sin Cie yakni sebilah papan yang terukir nama leluhur kita masing-masing. Tidak hanya sebagai gedung peringatan; sesuai dengan cita-cita leluhur kita, Kong Tik Soe juga berfungsi untuk menampung kegiatan-kegiatan keagamaan dan kemanusiaan serta kegiatan sosial.
Didalam gedung terdapat Balai Pengobatan dan Layanan perkabungan yang dikelola oleh Yayasan Tjie Lam Tjay. Sedangkan disisi barat gedung difungsikan sebagai sekolah gratis untuk anak-anak dari keluarga tidak mampu. Bidang pendidikan ini dikelola oleh Yayasan Khong Kauw Hwee.
Seiring dengan perkembangan zaman nilai-nilai luhur yang telah diwariskan berangsur-angsur mulai memudar, oleh karena itu kita sebagai generasi penerus harus bisa mawas diri, menjaga dan melestarikan nilai-nilai luhur nenek moyang kita agar tujuan mulia ini tetap lestari, abadi sepanjang masa.
Sementara itu tidak sedikit orang yang salah mengerti tentang keberadaan Kong Tik Soe, oleh karena sejak awal berdiri sering orang menyebut Kong Tik Soe sebagai rumah abu dengan demikian sering diartikan sebagai rumah abu jenazah.
Bagi kita untuk dapat disebut generasi penerus yang berbakti adalah dapat melanjutkan cita-cita mulia dan dapat mengikuti usaha mulia dari leluhurnya.
Semarang, 11 Nopember 2010



Wong Aman Gautama Wangsa
Read more ...

Layanan Keagamaan Tjie Lam Tjay

LAYANAN  KEAGAMAAN

Nama Sembahyang : Cing Bing
Tempat : Makam Tong Koei See ”Mugas”
Tiong Ting “Lampersari Selatan”
Waktu : Bulan Lunar Sa Gwee
Pemimpin : Upasaka Vesaka Murti
Pelaksana : Pengurus Yayasan


Nama Sembahyang : Ulambana dan King Hoo Ping
Tempat : Gedung Kong Tik Soe
Waktu : Bulan Lunar Jit Gwee
Pemimpin : Sangha Kong Hoa Sie
Pelaksana : Pengurus Yayasan

Tong Koei See

Artinya “ Tempat Untuk Bersama-Sama Pulang ”. Makam ini dulu berasal dari kawasan Pecinan Semarang, dipindah ke kawasan Gergaji, sekarang masuk Kelurahan Mugas Sari. Pemindahan makam ini terjadi pada tahun 1779.

Tiong Ting

Artinya Tempat Persemayaman Jenazah. Didirikan pada tahun 1832, terletak di Kelurahan Lampersari Selatan. Bertujuan untuk menyediakan tempat persemayaman bagi warga yang tidak mampu.
Read more ...

LAYANAN PERKABUNGAN TJIE LAM TJAY

PROFIL  LAYANAN  PERKABUNGAN


Nama :   Layanan Perkabungan “Tjie Lam Tjay”
Alamat : Gang Lombok No. 60
024 – 3561748

Kelurahan : Purwodinatan
Kecamatan : Semarang Tengah
Kota : Semarang  (50137)
Pelaksana : Tan Giok Sing


Fasilitas Pelayanan : Mobil Jenazah
Mitsubishi Colt Diesel 100 ps
  No. Polisi H.1973 JS

  Peti Jenasah dan perlengkapannya
Fasilitas : Keranda
  Kain Kafan

Tarif Pelayanan : Tanpa dipungut biaya

Layanan perkabungan adalah layanan yang telah dijalankan sejak awal  berdirinya Tjie Lam Tjay.  Saat itu jumlah orang-orang yang wafat dalam kondisi miskin cukup banyak jumlahnya. Oleh karena itu Tjie Lam Tjay bertugas mengurus pemakamannya. Sampai kini  peran sosial ini masih tetap dilaksanakan.
Read more ...
Friday, April 29, 2016

Praktek Pengobatan Yayasan Tjie Lam Tjay

Praktek Pengobatan Umum


dr. Tan Sangha Sari        Senin, Selasa, Rabu, Kamis      08.00 – 11.00
dr. Purwanti                   Sabtu                                       08.00 – 10.00
dr. Emilia Widyastuti       Senin dan Rabu                       17.00 – 19.00   
Praktek Pengobatan Gigi
drg. Theresia Andika Octavianti      Selasa - Jumat         08.00 - 11.00
      
Praktek Pengobatan Akupunktur
       
Tjong Thiam Ie         Senin  dan Kamis                          08.00  10.00
Lie Ay Tjen              Selasa dan Jumat                           17.00  19.00 
dr. Liu Hai Bing        Senin  s/d  Sabtu                           08.00 – 16.00
                            
Perawat                
Restumi Wahyuningsih              
Nina Wijayani
Eny Kusmiyati
Kristiana  Prasetia Handayani



Balai Pengobatan Tjie Lam Tjay merupakan bagian dari 118 Balai Pengobatan yang tersebar di kota Semarang, adalah tempat untuk memberikan pelayanan medik dasar secara rawat jalan.
Pengobatan dibuka tiap hari pagi dan sore, kecuali minggu dan hari libur nasional. Rata rata pasien yang berobat ± 30 orang setiap harinya


Daftar Tarif Periksa Balai Pengobatan Umum
 

1. Biaya Periksa dan obat                                    Rp. 18.000,-
2. Biaya suntik KB 1 bulan                                  Rp. 17.000,-
3. Biaya suntik KB 3 bulan                                  Rp. 15.000,-
4. Biaya Konsultasi                                             Rp. 10.000,-
5. Biaya Resep luar                                             Rp. 10.000,-
6. Biaya suntik                                                    Rp.   5.000,-
7. Biaya suntik kortison                                      Rp.   6.000,-



Daftar Tarif Periksa Balai Pengobata Gigi

1. Konsultasi / periksa gigi                                  Rp. 10.000,-
2. Tambalan sementara                                       Rp. 40.000,- s/d/ Rp. 45.000,-
3. Tambalan amalgam 1 bidang                           Rp. 60.000,-
4. Tambalan amalgam 2 bidang/lebih                   Rp. 70.000,- s/d Rp. 80.000,-
5. Tambal sinar / composite   1 bidang                Rp.  85.000,-
6. tambal sinar / composite 2 bidang/lebih           Rp. 100.000,- s/d Rp. 120.000,-
7. Scalling per rahang sedang                             Rp. 150.000,-
8. Scalling per rahan berat                                 Rp. 175.000,-
9. Ekstrasi gigi susu                                           Rp. 40.000,-
10. Ekstrasi gigi tetap                                       Rp. 60.000,-    
11. Ekstrasi dengan kompilasi                          Rp. 80.000,- s/d Rp. 100.000,- 

 
Read more ...

Aktifitas dan Sumbangsih Yayasan Tjie Lam Tjay

Aktifitas dan Sumbangsih
1. Bidang Layanan Kesehatan
  • Balai Pengobatan
  • Pengobatan Umum
  • Pengobatan Gigi
  • Pengobatan Akupunktur
  • Sumbangsih Pengobatan Gratis
2. Bidang Layanan Perkabungan
  • Memberikan bantuan perlengkapan jenasah
  • Memberikan bantuan pemakaman atau kremasi

3. Bidang Layanan Keagamaan

  • Sembahyang Cing Bing
  • Sembahyang Ulambana (King Hoo Ping) dan Pattumodana

4. Bidang Kerjasama Yayasan

  • Yayasan Kong Tik Soe
  • Yayasan Khong Kauw Hwee
  • Yayasan Pancaka
  • Yayasan Sasana Santi
  • Memberikan bantuan untuk rumah – rumah ibadat

Fasilitas  Layanan :
1.  Mobil Ambulans
2.  Mobil Jenasah
3.  Keranda Jenasah
4.  Peti Jenasah dan perlengkapannya
5.  Kain Kafan
6.  Persemayaman Jenasah
7.  Penguburan Jenasah
8.  Kremasi Jenasah
9.  Pelarungan Abu Jenasah
10.  Pemberian Bantuan Penderita Rawat Inap
(khusus untuk tenaga kependidikan, peserta didik dan karyawan TK – SD – SMP Kuncup Melati)
Read more ...