Saturday, April 30, 2016

Struktur dan Bahan Bangunan Kong Tik Soe


Struktur dan Bahan Bangunan

Melihat kondisi yang ada sekarang, tidak terlalu banyak perubahan fisik yang pernah dilakukan pada Kong Tik Soe.

Pondasi masih berupa batu gunung. Lantai selasar dengan ubin segi enam, sedangkan lantai serambi sudah menerapkan ubin 20 / 20 dengan gambar pola geometris. Lantai ruang Sin Cie dengan ubin 25 / 25, juga dengan gambar pola geometris. Hal ini dapat dimengerti karena pembangunan Kong Tik Soe lebih akhir daripada Tay Kak Sie, sehingga terdapat perkembangan bahan bangunan.

Dinding berplester biasa. Namun pada fasade dan ruang dalam sudah diberi tambahan lapisan berupa keramik 10 / 20 berwarna hijau muda. Dinding lainnya bercat putih. Dinding antara bangunan utama dan bangunan sayap ditutup dengan kerawang hijau. Pagar pembatas tapak berupa pagar besi berjeruji berwarna merah.

Pintu pada fasade terdiri dari tujuh pasang. Lima pasang menghadap ke depan, sedangkan dua pasang saling berhadapan. Pintu yang berhadapan ini hanya memiliki satu daun pintu. Banyaknya jumlah pintu ini disebabkan karena fungsi bangunan yang beraneka ragam, sehingga mempermudah aksesibilitas. Pintu-pintu ini berwarna coklat dan hanya memiliki satu lapis daun pintu saja. Engsel pintu masih terlihat dan ambang bawah pintu lebih tinggi daripada permukaan lantai. Ambang atas pintu dengan tonjolan berbentuk bujur sangkar berukir dewa. Partisi pada ruang abu dilapisi dengan Kiem Puk.

Jendela hanya terdapat satu pasang, berbentuk lingkaran, berukir dengan motif menyerupai gajah. Bagian dalamnya panel kayu berukir yang berwarna biru dan merah. Pintu yang menghubungkan bangunan utama dengan bangunan sayap memiliki ambang atas berbentuk setengah lingkaran. Bagian atas diberi motif lantai bata merah. Daun pintunya berupa jeruji besi berwarna merah.

Kolom serupa dengan kolom pada Tay Kak Sie. Kolom selasar dan serambi berpenampang bujur sangkar, berwarna coklat dan kuning. Alas kolomnya dari batu dan berbentuk cembung. Sedangkan kolom ruang Sin Cie berpenampang lingkaran, juga berwarna coklat. Kaki kolom mengecil ke bawah dan masih memiliki alas kolom dari batu berbentuk lingkaran pula.

Konsol pada selasar luar memiliki banyak ukiran, termasuk ukiran teratai terbalik. Konsol ini berwarna–warni. Kuda-kuda juga memiliki banyak ukiran dan lukisan, yang berwarna-warni. Pada detil kuda-kuda selasar luar ditemui ukiran malaikat yang sedang menaiki naga. Juga adanya ornamen teratai yang sangat besar dan beralur unik pada konsol selasar luar. Hal ini merupakan hal yang baru. Banyak ditemui lukisan pada balok kuda-kuda. Seperti pada kuda-kuda kelenteng besar yang lain, pada gedung ini ditemui detil ornamen serupa kuntum bunga terbalik. Terdapat hal yang baru pada kuda-kuda ruang Sin Cie, yaitu digunakannya warna perak. Sebelumnya, warna perak jarang digunakan untuk arsitektur Cina.

Langit-langit ruang Sin Cie berwarna biru muda, demikian pula dengan langit-langit serambi. Atap terdiri dari empat bagian, yaitu atap ruang Sin Cie, serambi, sayap kiri, dan sayap kanan. Masing-masing berupa atap pelana tanpa teritisan. Atap serambi memiliki atap Matou Qiang, yang membagi atap menjadi tiga bagian. Selasar penghubung antara serambi dan ruang Sin Cie tidak memiliki atap, untuk memperjelas perbedaan fungsi. Hal ini juga merupakan salah satu keunikan dari gedung ini.



Simbolisasi

Karena gedung ini bukan merupakan kelenteng, maka tidak ada dewa yang dipuja, hanya terdapat altar untuk pemujaan leluhur, yang disebut sebagai Tjiong Tjo Tjong. Ruang abu pada Kong Tik Soe ini tidak ditujukan untuk marga tertentu melainkan untuk umum. Seperti ruang abu yang lain, di depan altar pemujaan terdapat deretan meja dan kursi yang digunakan sebagai tempat duduk para arwah. Kursi yang lebih besar diperuntukkan bagi arwah yang pada masa hidupnya pernah menjabat sebagai orang penting, seperti Letnan, Mayor, dan Kapten. Pada sayap kiri bangunan terdapat ruang pemujaan untuk Hok Tek Tjeng Sien dan Houw Tjiang Koen. Pada sayap kanan bangunan terdapat terdapat ruang abu untuk hwesio pendiri Kong Tik Soe, yaitu Tong Kwie See dan Thiong Ting.

Ornamen pada pintu utama berupa lukisan Kongco Mui Sin (Dewa Pintu) dan aksara Cina. Lukisan Dewa Pintu ini seringkali dijumpai pada pintu utama kelenteng besar.

Ruang abu memiliki ukiran yang sangat kaya. Warna dominan coklat dan kuning. Juga terdapat banyak Lian Tui terutama pada kolom utama. Tidak terdapat terlalu banyak Tik Lian.

Bubungan memiliki beberapa ornamen. Bubungan serambi dengan dua pasang naga kecil dan sedikit ukiran bunga serta sekawanan burung. Merupakan hal yang cukup aneh mengenai keberadaan ukiran burung ini. Bubungan ruang abu memiliki ornamen sepasang naga kecil serta deretan kerawang dan ukiran bunga. Balok nok pada ruang abu berwarna merah dengan gambar Pat Kwa pada bagian tengahnya.

Terdapat dua pasang arca singa batu. Sepasang terletak pada sebelah pintu utama, yaitu berwarna-warni. Sedangkan sepasang lagi terletak di antara selasar dan ruang abu, berwarna abu-abu, warna asli batu.

Keistimewaan

Fungsi Kong Tik Soe di masa lalu yang sangat mixed-use, yaitu sebagai “rumah abu”, sekolah, serta kantor Kong Koan. Juga pernah difungsikan sebagai penjara.

Secara arsitektural, terdapat berbagai keunikan antara lain jumlah pintu yang lebih banyak daripada bangunan ibadah pada umumnya. Dua pasang pintu di antaranya tidak terletak menghadap luar melainkan saling berhadapan. Juga pemakaian ubin yang memiliki gambar berpola geometris menandakan perbedaan bahan bangunan dari era sebelumnya. Terdapat dua pasang singa batu yang melambangkan perlindungan ekstra terhadap gedung.

Gedung ini memiliki lukisan sebagai ornamen jauh lebih banyak daripada kelenteng lainnya. Topik lukisan ini biasanya mengambil dari legenda ataupun gambar dewa. Beberapa detil ornamen yang unik seperti ukiran malaikat menaiki naga pada konsol luar, ukiran teratai yang besar, serta ukiran sekawanan burung pada bubungan. Demikian juga dengan munculnya warna perak pada kuda-kuda ruang abu.

Berbeda dengan bangunan lain dengan tata ruang serupa, maka selasar pada Kong Tik Soe ini tidak dinaungi oleh atap. Hal ini mungkin untuk mempertegas batas antara serambi dan ruang abu, dan membedakan fungsi keduanya.